“Kak Dimas, ada apa kemari?” tanya Aini spontan. Ia melirik seseorang yang berada disamping Dimas singkat. Faris, dia tersenyum kecil pada Aini. Gadis itu juga membalasnya.
“Nanti pulang dengan siapa? Bagaimana jika denganku
saja?” tawarnya. Demi siapapun, teman-teman sekelas Aini sekarang tengah
bebisik-bisik. Pasti mereka mendengar ini.
“Ehm itu ...” Aini terlihat gugup, ia bingung harus
menjawab apa. “Tidak, tidak usah, Kak. Nanti merepotkan. Aku akan pulang bareng
Dinda,” ujarnya kemudian.
“Apa? Maaf Ai, tapi nanti aku tidak bisa
menemaninmu. Aku mau mengantar ayahku ke stasiun. Maaf ya. Sudah, kau pulang
dengan Kak Dimas saja.” Aini menatap kesal sahabatnya. Ini pasti cuma akal-akalan
dari Dinda saja.
“Oh, aku baru ingat jika hari ini ibu memintaku
untuk menjemput adik sepulang sekolah nanti,” jelas Aini. Ia terlihat
menghembuskan nafas lega.
“Begitu ya? Baiklah masih ada hari besok. Oke, kami
kekelas dulu,” ujar Dimas pada akhirnya. Ia bersama dengan Faris keluar kelas.
Seperti tadi, Faris memberikan senyum tipis kepada mereka berdua. Memang benar
kata murid-murid disini, jika Faris orangnya pendiam, murah senyum, dan pasti
ia juga cukup tampan seperti Dimas.
“Awww!! Apa yang kau lakukan?” Aini memegang
lengannya yang sakit akibat jupitan dari Dinda.
“Kau kenapa sih?” ujarnya lagi
kesal.
“Aku benar-benar tidak habis pikir denganmu Ai”
Balas Dinda. “Aku mau nyerah saja,” ujarnya putus asa.
“Nyerah apaan? Aku nggak ngerti, Din.”
“Aku nggak mau jadi mak comblangmu lagi dengan Kak
Dimas.”
“Baguslah kalo begitu.”
“Hey! Menyebalkan!”
“Kau mau kemana, Din?” tanya Aini setengah berteriak
ketika mendapati Dinda yang beranjak dari tempat duduknya.
“Keluar!”
“Katanya mau pinjem PRku?”
“Tidak jadi!”
“Ya sudah” Aini tersenyum ketika Dinda kembali
kebangkunya. Ia lantas merangkul pundak sahabatnya itu erat.
“Maaf ya, DinDong ku... Pliss jangan ngambek lagi,” ujarnya
Bersambung ...
Bagikan
Senja dalam Setia (Bagian 4)
4/
5
Oleh
Nina Fitriani
Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..