Senja dalam Setia (Bagian 3)

Senja dalam Setia (Bagian 3)


Seperti matahari yang akan tenggelam pada peraduannya

Kau sungguh indah, menawan, dan juga mempesona

Meskipun aku tak dapat menyentuhmu dengan hati

Tapi aku sudah bahagia bisa melihatmu dalam diam

Selalu kupeluk kau dalam doaku disetiap senja tiba

From: Pangeran “senja” mu

Aini tersenyum tipis sesaat setelah membuka sebuah surat dengan amplop warna jingga yang terselip dibuku fisikanya.

 ‘Siapa kira-kira yang mengirim surat ini? Kak Dimas kah? Bagaimana ia bisa tau bahwa aku sangat menyukai senja?’ batin Aini

“Tumben datang lebih awal.” Dinda mendudukkan dirinya pada kursi sebelah Aini. Gadis itu sedikit terkejut dengan kedatangan sahabatnya ini.

“Eh, sudah datang,” balasnya yang lantas cepat-cepat memasukkan amplop warna jingga itu kedalam tasnya.

“Kenapa terkejut begitu?” tanya Dinda menyelidik. Ia bahkan mencondongkan tubuhnya kearah tubuh Aini.

“Apaan sih. Engga kok,” balas Aini tersenyum kecil berusaha menutupi kegugupannya. Menurut dia, saat ini belum tepat untuk memberi tahu perihal amplop jingga itu.

“Yasudah kalo begitu,” akhirnya Dinda menyerah. Ia meletakkan tasnya dikursi. “Eh, bagaimana kemarin?” tanya Dinda antusias.

“Apanya?”

“Dengan Kak Dimas itu lho,” jelas Dinda.”Kau diantar pulang? Atau diajak jalan-jalan?” Aini menggeleng.

“Kami hanya mengobrol sebentar lalu aku pulang naik angkot,” jawabnya.

“Apa? Nggak mungkin. Kak Dimas masa mau biarin kamu naik angkot. Aku nggak percaya,” ujar Dinda sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Terserah saja. Apa kau sudah mengerjakan PR Matematika?” tanya Aini berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Belum selesai. Nanti aku pinjam milikmu saja. Aku masih nggak percaya Ai. Pasti Kak Dimas menawarimu pulang bareng kan?” tebak Dinda.

“Iya,”

“Sudah kutebak. Dan kau menolaknya? Astaga Aini. Apa aku harus memukul kepalamu dengan batu agar kau tidak bodoh begini?” Dinda benar-benar sangat kesal sekarang. Ia rela pulang sendiri naik angkot agar sahabatnya ini bisa berduaan dengan Dimas. Tapi nyatanya?

“Kenapa kau marah-marah sih? Aku kan tidak suka dengan Kak Dimas. Sudah ah jangan bahas itu lagi,”

“Bukan begitu. Aku hanya kesal saja padamu. Giliran ada cowok yang mendekat, kau malah menghindar. Katanya ingin punya pacar?”

“Tapi sekarang sudah tidak ...”

“Apa aku mengganggu kalian?” seseorang tiba-tiba saja sudah berdiri disamping meja mereka hingga menghentikan perdebatan kecil yang terjadi diantaranya. Kedua gadis itu cukup terkejut, sampai-sampai Aini tanpa sadar menjatuhkan pensil yang sedari tadi dipegangnya ...

Bersambung ...

Bagikan

Jangan lewatkan

Senja dalam Setia (Bagian 3)
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Tertarik mengikuti Catatan Senja dan artikel tentang tips menulis, ngoblog, dan sastra terbaru? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..