Seperti matahari yang akan tenggelam pada peraduannya
Kau
sungguh indah, menawan, dan juga mempesona
Meskipun
aku tak dapat menyentuhmu dengan hati
Tapi
aku sudah bahagia bisa melihatmu dalam diam
Selalu
kupeluk kau dalam doaku disetiap senja tiba
From:
Pangeran “senja” mu
Aini tersenyum tipis sesaat setelah membuka sebuah
surat dengan amplop warna jingga yang terselip dibuku fisikanya.
‘Siapa
kira-kira yang mengirim surat ini? Kak Dimas kah? Bagaimana ia bisa tau bahwa
aku sangat menyukai senja?’ batin Aini
“Tumben datang lebih awal.” Dinda mendudukkan dirinya
pada kursi sebelah Aini. Gadis itu sedikit terkejut dengan kedatangan
sahabatnya ini.
“Eh, sudah datang,” balasnya yang lantas cepat-cepat
memasukkan amplop warna jingga itu kedalam tasnya.
“Kenapa terkejut begitu?” tanya Dinda menyelidik. Ia
bahkan mencondongkan tubuhnya kearah tubuh Aini.
“Apaan sih. Engga kok,” balas Aini tersenyum kecil
berusaha menutupi kegugupannya. Menurut dia, saat ini belum tepat untuk memberi
tahu perihal amplop jingga itu.
“Yasudah kalo begitu,” akhirnya Dinda menyerah. Ia
meletakkan tasnya dikursi. “Eh, bagaimana kemarin?” tanya Dinda antusias.
“Apanya?”
“Dengan Kak Dimas itu lho,” jelas Dinda.”Kau diantar
pulang? Atau diajak jalan-jalan?” Aini menggeleng.
“Kami hanya mengobrol sebentar lalu aku pulang naik
angkot,” jawabnya.
“Apa? Nggak mungkin. Kak Dimas masa mau biarin kamu
naik angkot. Aku nggak percaya,” ujar Dinda sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Terserah saja. Apa kau sudah mengerjakan PR
Matematika?” tanya Aini berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Belum selesai. Nanti aku pinjam milikmu saja. Aku
masih nggak percaya Ai. Pasti Kak Dimas menawarimu pulang bareng kan?” tebak
Dinda.
“Iya,”
“Sudah kutebak. Dan kau menolaknya? Astaga Aini. Apa
aku harus memukul kepalamu dengan batu agar kau tidak bodoh begini?” Dinda
benar-benar sangat kesal sekarang. Ia rela pulang sendiri naik angkot agar
sahabatnya ini bisa berduaan dengan Dimas. Tapi nyatanya?
“Kenapa kau marah-marah sih? Aku kan tidak suka
dengan Kak Dimas. Sudah ah jangan bahas itu lagi,”
“Bukan begitu. Aku hanya kesal saja padamu. Giliran
ada cowok yang mendekat, kau malah menghindar. Katanya ingin punya pacar?”
“Tapi sekarang sudah tidak ...”
“Apa aku mengganggu kalian?” seseorang tiba-tiba
saja sudah berdiri disamping meja mereka hingga menghentikan perdebatan kecil
yang terjadi diantaranya. Kedua gadis itu cukup terkejut, sampai-sampai Aini
tanpa sadar menjatuhkan pensil yang sedari tadi dipegangnya ...
Bersambung ...
Bagikan
Senja dalam Setia (Bagian 3)
4/
5
Oleh
Nina Fitriani
Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..