Mahar Cinta (Bagian 2)



Mahar Cinta (Bagian 2)


Mahar Cinta (Bagian 2) 

Aku segera melepas mukena yang telah selesai kugunakan, lantas melipatnya hingga membentuk sebuah bangun persegi. Flasback kejadian dua jam yang lalu cukup membuat hati ini bimbang. Jika boleh jujur, aku juga menyukai Ferry. Dia sosok pemimpin yang sangat bertanggung jawab dan murah hati. Tapi kembali lagi, aku tau kami tetap tidak akan pernah bisa bersatu.

Drrttttt, kurasakan ponselku bergetar, aku segera menyudahi kegiatan wajibku ini, menaruh mukena 
dan sajadah didalam almari, aku lantas membuka pesan masuk itu.

From: Ferry

Assalamuaikum, Zah..

Aku ingin membahas tentang pernyataanku tadi sore. Aku serius mencintaimu, Zah. Aku sangat sungguh-sungguh ingin menikahimu. Memang kita belum lulus, tapi aku akan berusaha untuk mencukupi dan membiayai semua kebutuhanmu dengan pekerjaan sampingan yang aku jalani sekarang. Mungkin menurutmu ini terlalu mendadak dan begitu aneh. Tapi mau bagaimana lagi? Aku selalu gelisah setiap waktu karena memikirkanmu, Zah. Bukankah kau pernah mengatakan dosa, apabila seorang laki-laki memikirkan seorang perempuan yang bukan mahramnya? Maka dari itu aku akan meng’halal’kannya. Jadilah saksi, aku akan menjadi seorang mualaf, untukmu, dan untuk penyempurnaan agama kita, nanti.

Air mataku seketika menetes, kurasakan getaran diseluruh tubuhku. Benarkah Ferry akan melangkah sejauh ini? Untukku? Aku menaruh ponselku di meja, belum ada niat untuk membalas pesan dari Ferry. Kejadian ini terlalu mengejutkan untukku. Begitu cepatkah dia memutuskan? Lalu bagaimana dengan keluarganya? Pindah agama bukan hanya sekedar pindah seperti pindah rumah. Ini menyangkut akidah, kepercayaan, dan juga tanggung jawab diakhirat nanti.

Meskipun aku tau, Ferry sudah tertarik dengan agama Islam sejak setengah tahun yang lalu. Ia sering duduk dipojok masjid, tatkala anggota rohis kampus kami tengah mengadakan sebuah seminar islam atau ketika mahasiswa muslim tengah menjalankan sholat berjama’ah. Ia juga sering mendengarkan seseorang ketika membaca Al-Qur’an. Suatu waktu, Ferry pernah memintaku untuk menceritakan bagaimana dan apa itu Islam.
‘Aku tertarik dengan Islam. Islam agama yang sempurna, dan sudah mengatur seluruh kehidupan umat manusia didalam Al-Qur’an tanpa terkecuali. Benar-benar keren.’ Aku masih mengingat ucapannya dengan jelas kala itu. Dan aku hanya menanggapinya dengan senyum tipis.

Bagikan

Jangan lewatkan

Mahar Cinta (Bagian 2)
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Tertarik mengikuti Catatan Senja dan artikel tentang tips menulis, ngoblog, dan sastra terbaru? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

2 comments

Tulis comments
avatar
12 January 2016 at 05:14

iya bener tuh pindah agama g semudah pindah rumah
hmmmm apa si feri bisa ngeyakinin keluarganya juga g y?

Reply
avatar
12 January 2016 at 14:23

Semoga aja masuk Islam, saya baca lagi yang ketiganya.

Reply

Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..