Mahar Cinta


Mahar Cinta (Bagian 1)

  

Mahar Cinta

Aku masih duduk diatas sajadah coklat yang kini aku pakai untuk menjalankan shalat maghrib. Setelah mengadu kepada sang pemilik hati, beban pikiran yang sudah menghinggap selama hampir dua jam, kini sedikit berkurang.

“Zah, aku mencintaimu,” ujar Ferry kala kami masih duduk dibangku taman kampus, membahas agenda tahunan yang selalu kami lakukan diorganisasi paduan suara. Aku mengerjapkan mata beberapa kali, diam.

“Zah ...., kau mendengarku kan?” tanyanya setelah mengetahui aku hanya diam. Aku menggeser tempat dudukku, cemas menunggu Fatimah dan Ani yang tidak kunjung datang. Kami memang berempat disini, tapi kedua teman kami sedang pergi untuk membeli makanan.

“Maaf, Fer. Aku tidak bisa. Kau tau aku kan,” ujarku pada akhirnya.

“Aku tau, Zah. Memangnya kenapa? Aku mencintaimu. Apa itu salah?” tanyanya seolah tidak mengerti.

“Tidak ada yang salah. Cinta itu fitrah. Tapi kita berbeda, Fer,” jelasku padanya. Dia terlihat membuang mukanya kearah samping. “Didalam agamaku, tidak diajarkan yang namanya pacaran,” tambahku lagi.

“Kalau begitu, aku akan menikahimu.” Aku terkejut dengan jawabannya yang menurutku diluar dugaan. Apa ia tidak salah bicara? Menikah bukan untuk main-main.

“Aku tetap tidak bisa selama kita masih berbeda, Fer. Perlu kau tau, agamaku tidak mengijinkan untuk menikah kepada seseorang yang berbeda keyakinan,” jelasku lagi “Fatimah dan Ani sudah datang, aku akan pergi. Biar aku yang mengurus semua konsumsi yang akan dibutuhkan nanti,” ujarku pada akhirnya. Aku lantas bergegas, meninggalkan tempat kami. Entahlah, kenapa tiba-tiba Ferry mengatakan hal tersebut padaku. Kami memang cukup dekat, karena kami satu organisasi. Aku tidak menyangka, dia menyimpan rasa padaku sebegitu besarnya.



Bagikan

Jangan lewatkan

Mahar Cinta
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Tertarik mengikuti Catatan Senja dan artikel tentang tips menulis, ngoblog, dan sastra terbaru? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

11 comments

Tulis comments
avatar
12 January 2016 at 05:11

si feri beda keyakinan, hmmmm kira2 dy jadi mualaf g y?

Reply
avatar
12 January 2016 at 14:07

wow keren ceritanya gan,,semangat post

Reply
avatar
12 January 2016 at 14:17

Cerita Cinta emang nggak ada habisnya ...

Reply
avatar
12 January 2016 at 14:23

kisah cinta beda agama, sangat mengharukan ...

Reply
avatar
12 January 2016 at 14:23

Cerita yang mengandung pesan islami nih, berkelanjutan.


Saya baca deh ampe beres.

Reply
avatar
12 January 2016 at 14:29

kalao ngomongin soal cinta tuh bisa bikin sampai 10 bagian gan :v

Reply
avatar
12 January 2016 at 14:35

cinta memang tifak memandang agama tapi jika akan menikah ya harus masuk islam dulu :)

Reply
avatar
12 January 2016 at 14:49

Wah beda agama ya,susah nih kalo agama mah

Reply
avatar
12 January 2016 at 16:08

Justru romantis nya karna beda agama hihihi

Reply
avatar
12 January 2016 at 16:48

Memang kebanyakan orang berat untuk mengatakan menikahlah denganku, kata2 itu terkesan sakral. Kata2 itu biasanya diucapkan apabila benar benar sudah siap dan benar2 menaruh rasa cinta itu..

Reply

Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..