Ayamku Malang



Di desaku sudah terbiasa melepas liarkan ayam-ayam peliharaan mereka di pekarangan ataupun kebun-kebun mereka. Walaupun begitu, ayam kami tidak pernah terkena penyakit yang aneh-aneh dan tidak ada yang berani mencuri. Dan ayam-ayam yang masuk pekarangan orang pun sudah biasa dan telah dimaklumi oleh semua warga desa. Semua meyakini bahwa berbagi dengan hewan tidak akan mengurangi rezeki mereka sebagai sesema makhluk ciptaan tuhan.

Metode ini tidak cocok untuk diterapkan di kota karena kebanyakan mereka masih melek hukum dan para bajingan pun masih banyak bertebaran dimana-mana, lagipula rugi jika ayam-ayam mereka nanti menghilang satu per satu. 

Suatu hari ada penduduk kota yang pindah rumah, tidak jauh dari rumahku. Minggu pertama mereka  mencoba berbaur dengan masyarakat dengan mengadakan pengajian dan selametan telah pindah rumah. Minggu kedua ditanggaplah biduan ternama. 

Minggu ketiga masalah baru pun timbul. Pekarangan elok milik mereka rusak dan banyak tai ayam dimana-mana. Pak Kasmo pemilik rumah yang baru itu pun tidak terima dan lapor ketua RT setempat.

Sampai dirumah pak RT, keluhannya hanya di balas dengan guyon. Begitu pula ketika rasan ke pak kadus dan kades, masalah itu dianggap sepele. Aku khawatir ketika itu ia mengadu ke presiden untuk diberi keadilan 

Bagikan

Jangan lewatkan

Ayamku Malang
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Tertarik mengikuti Catatan Senja dan artikel tentang tips menulis, ngoblog, dan sastra terbaru? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..