Senja dalam Setia (Bagian 11)


Senja dalam Setia (Bagian 11)

Tak seharusnya aku hanya berdiam diri

Menunggumu dari kejauhan tanpa kata

Meskipun aku tau ini terkesan pengecut

Aku masih berharap kau tidak menganggapnya begitu

Besok, tunggulah aku ditaman belakang sekolah

Seusai ekstrakulikuler PMR

From: Pangeran “senja” mu

‘Aini tertegun. Surat ini lagi. Siapa sebenarnya pangeran ‘senja’ itu?’

Matahari telah berada pada seperempat perjalanannya. Aini masih diam, mengamati surat yang baru saja ia temukan di laci mejanya.

“Aku sudah membacanya.” Dinda tiba-tiba datang dari arah belakang.

“Kau ini, mengangetkan saja.” Aini mendengus, lantas melipat kembali surat itu dan memasukkannya ke dalam tas.

Ini sudah berjalan hampir dua bulan, namun Aini tak pernah tau siapa pengirim surat itu. Tebakannya jika Kak Faris adalah sang pengirim, sepertinya salah. Ya, karena mereka berdua jarang sekali berkomunikasi, dulu Faris selalu mengobrol banyak pada Aini, tapi sekarang ia cenderung diam, ia lebih memberikan senyum kecil saja saat mereka berpapasan. Apalagi kini terdengar gosip, jika Faris tengah dekat dengan teman satu angkatannya.

“Sudah, jangan dipikirin lagi. Besok kan pasti tau siapa Pangeran ‘senja’ mu itu,” ujar Dinda. “Oh ya, besok aku boleh ikut?” tanyanya.

“Enggak usah deh kayaknya,” jawab Aini.

“Kenapa? Aku juga kepo kali.” Dinda tidak mau tau.

“Terserah kau saja. Tapi sembunyi ya.”

“Oke Aini ku ...”

***

Tepat seperti apa yang tertulis disurat kemarin, seusai ekstrakulkuler PMR yang gadis itu ikuti, ia lantas menunggu Pangeran ‘senja’ dibangku taman belakang sekolah. Tentu saja ia tidak sendiri, ada Dinda yang mengintipnya dibalik pohon mangga yang tidak jauh dari tempat duduknya sekarang.
Lima menit gadis itu menunggu, belum ada tanda-tanda seseorang menghampirinya. Hingga sebuah siluet tinggi tiba-tiba sudah berada didepan mata gadis itu.

“Kak ..., Faris.” Aini lantas bangkit dari duduknya. Ia sangat terkejut kenapa tiba-tiba ada Kak Faris. Apa jangan-jangan dia??

Faris tersenyum kecil, lantas meletakkan tas hitam punggungnya disamping Aini.

“Pangeran ‘senja’ itu, aku,” ujar Faris. Aini masih diam, ia mengerjapkan mata beberapa kali, bingung dan terkejut.

“Kak Faris ....” Aini tidak dapat melanjutkan ucapannya. Sungguh, ini diluar dugaan.

“Maaf jika selama ini aku mengganggumu dengan surat-surat itu. Sebenarnya aku tidak ingin, tapi keadaanlah yang memaksaku untuk melakukannya,” ujar Faris.

“Aku tidak mengerti, Kak.”

“Aku menyukaimu, Ai.” DEG! Jantung gadis itu seketika berpacu kencang. Ada desiran aneh dalam tubuhnya. Ia menunduk, bingung harus menjawab apa. Ini terlalu tiba-tiba.

“Aku menyukaimu sebelum Dimas menyatakan jika dia juga menyukaimu, Ai.”

“Aku ....”

“Mau tidak kau jadi pacarku?” Faris menatap Aini lama, menunggu jawaban. Gadis itu masih saja diam. “Aini Az Zahra ....” Panggil Faris.

“Tapi ... aku ... bagaimana dengan Kak Dimas?” tanya gadis itu kemudian. Faris tersenyum kecil.

“Dia sudah tau semuanya.”

“Apa? Jadi?”

“Ya, Dimas yang menyuruhku mengatakan ini. Aku menyukaimu, Ai. Bagaimana? Apa kau juga begitu?”

“Bukankah Kak Faris dekat dengan orang lain?” tanya Aini.

“Aku tidak dekat dengan siapapun, Ai. Aku hanya menyukaimu seorang. Mungkin ini membuatmu begitu terkejut. Jika kau tidak enak karena Dimas, sungguh, Dimaslah yang memintaku untuk segera menyatakan perasaan ini padamu ketika ia tau jika aku adalah seseorang yang mengirimmu surat itu.” Deg! Jantung Aini kini berdegup lebih kencang lagi. Ia tidak tau harus menjawab apa. Tiba-tiba saja ponselnya bergetar, ada pesan masuk.

From: Kak Dimas


Mungkin sekarang kau tengah bersama Faris. Aku sudah tau jika ia adalah Pangeran ‘senja’ mu sehari setelah kau menanyakan perihal surat itu padaku. Awalnya aku diam, aku tidak bisa menerima jika Faris ternyata menyukaimu. Tapi kemudian aku sadar, aku salah, dan aku akan mengalah untuknya. Kami telah bersahabat lebih dari enam tahun, aku tidak akan membiarkan persahabatan ini kandas hanya karena cinta. Ai, bisakah kau menerima Faris? Meskipun ini akan terasa sakit untukku, tapi aku pasti akan bahagia jika melihat kalian bahagia seperti itu.

“Apa ada sesuatu yang penting?” tanya Faris yang mendapati Aini diam setelah membaca pesan itu.

“Dari Kak Dimas,” ujar gadis itu

“Apa yang dia katakan?”

“Kak, kenapa waktu itu aku menolak Kak Dimas?” pertanyaan tiba-tiba Aini yang mengubah topik pembicaraan mereka. Faris mengernyit tidak tau. “Itu karena aku menyukai kakak.” Aini tersenyum kecil.

“Berarti?” gadis itu mengangguk hingga membuat senyum Faris mengembang begitu lebar. Ia bahagia, ternyata seseorang yang diam-diam disukainya juga menyimpan rasa padanya.

“Terima kasih, Ai,” ujar Faris tulus. Aini hanya mengangguk dengan bibir yang masih memamerkan senyum bahagia.

“Banyak yang ingin aku tanyakan pada Kakak setelah ini.”

“Tanya apa?”

“Kenapa Kakak bisa tau aku sangat menyukai senja?”

“Kalo itu ..., rahasia,” ujar Faris yang mendapat poutan bibir kesal dari Aini. Mereka lantas tertawa bersama. Sedangkan Dinda, gadis itu masih saja setia mengintip sahabatnya dibalik pohon mangga, enggan untuk keluar meskipun kini ia tau bahwa mereka pasti telah jadian. Satu hal yang paling Dinda takutkan, ia takut jika Aini menagih pertaruhan kemarin. Pertaruhan jika Aini berpacaran dengan Dimas. Tapi nyatanya, Aini malah berpacaran dengan Faris dan itu artinya ia kalah dalam pertaruhan ini.

Bersambung ...

Bagikan

Jangan lewatkan

Senja dalam Setia (Bagian 11)
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Tertarik mengikuti Catatan Senja dan artikel tentang tips menulis, ngoblog, dan sastra terbaru? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..