Dengan mengumpulkan
sisa-sisa keberanianku yang tercecer, lalu aku berdiri dan mencari bungkusan
kecil yang ayah berikan dulu. Mungkin ini bisa berguna nanti pikirku, entah
kenapa aku juga membawa senter padahal di wc sudah ada lampu untuk penerangan.
Aku melewati ruang makan dan selanjutnya gudang misterius yang ingin sekali aku
ketahui isinya. Sunyinya malam dan suara jangkrik yang saling beradu sangat
khas terdengar, mengingat letak wc yang berada di luar rumah membuatku merasa
takut dan ragu-ragu ketika akan membuka pintu untuk keluar.
“Ah dari pada di tahan
nanti malah jadi penyakit.” Pikirku
Krekk Krekk suara pintu
yang terbuka memecah kesunyian, aku langsung lari menuju wc yang terbuka.
Beberapa menit kemudian aku keluar dengan perasaan lega karena tidak ada
sesuatu yang menakutkan terjadi lagi. Lalu aku iseng memainkan senter dengan
menyorot pohon beringin di samping rumah kakek,
“Ku ku Kuntilanak.....”
teriakku gagap dan seolah tidak percaya
Aku sangat terkejut
ketika melihat wanita berjubah putih dengan rambut panjang terurai sedang duduk
di dahan pohon. Ketika aku berbalik dan bermaksud untuk masuk ke dalam.
Tiba-tiba lampu di halaman dan wc mati. Pintu juga tidak dapat di buka seolah
ada orang yang menguncinya dari dalam. Aku tidak bisa melihat apapun, selain
mendengar suara kuntilanak itu yang menggema di telingaku. Lampu senterku terus
menyala dan mati dengan sendirinya, posisiku sekarang sedang berusaha membuka
pintu berharap pintu terbuka dan aku langsung lari kedalam. Aku sangat takut, tubuhku
terasa lemas, dan rasanya seperti pasrah saja.
Ketika aku berbalik
badan untuk sekedar memastikan, tiba-tiba wanita berbaju putih itu sudah tepat
berada di depan wajahku yang aku taksir hanya beberapa cm saja bau melati yang
sangat pekat tercium di hidungku. Aku pasrah saat itu dan rasanya imgin
berteriak meminta tolong akan tetapi sekeras-kerasnya aku berteriak tidak akan
mengeluarkan suara seolah-olah suaraku sudah dikunci atau habis, kuntilank itu
terus melototiku dengan mulut yang bergerak seolah memarahiku. Dan juga tangan
dengan kuku hitam dan panjang itu tak berhenti membelai wajahku. Mungkin sudah
berlangsung 10 menit posisiku seperti ini, air mataku terasa semakin kering
karena aku menangis tak henti-henti. Lalu aku teringat akan bungkusan kecil
yang aku bawa tadi, lantunan surat ayat kursi aku baca dalam hati membuat
tangan kananku sudah dapat di gerakkan. Cepat aku mengambil bungkusan itu dari
saku kananku dan mengarahkannya ke wajah kuntilanak itu. Alhasil kuntilanak itu
berhasil menghilang dan aku dapat bergerak sepenuhnya. Semua lampu sudah
menyala lagi termasuk senterku. Kesempatan ini aku manfaatkan untuk berlari
menuju ke dalam dan masuk ke kamar.
“Kenapa kau Jun kayak
habis liat hantu aja?” tanya Kak Sam heran melihat badanku yang lesu dan mata
yang menghitam karena lama menangis
“Hey kamu kenapa Jun?
Kamu ngambek nggak di temani tadi? Sebenarnya kakak mau temani kamu tadi tapi
kamu sudah keluar begitu saja.” Alasan Kak Sam
Aku hanya terdiam dan
berjalan menuju kasur menghiraukan Kak Sam yang sedang menanyaiku, lantas aku
menarik selimut untuk menutupi wajahku. Kejadian tadi membuatku sangat shock
dan lemas. Aku ingin sekali tertidur dengan cepat dan berjumpa dengan hari
esok, tetapi apa daya aku masih terbayang bayang dengan wajah kuntilanak itu
yang sangat menyeramkan dengan Wajah putih pucat dan mata yang hitam seakan
bolong. Aku berfikir tentang kuntilanak yang satunya lagi, kenapa ia tidak
muncul juga. Ah pikiranku kacau tidak dapat berfikir jernih, hanya kejadian
tadi yang aku fikirkan.
“Ya sudah aku tinggal
dulu kebelakang ya? Kamu lanjut tidur aja.” Ujar Kak Sam yang hendak membuka
pintu untuk keluar
“Eh jangan kak, jangan
kesana. Ada kuntilanak tadi di wc” Jawabku keras melarang Kak Sam untuk
tetap disini menemaniku
“Kenapa? Kakak cuman
sebentar kok. Ah ngayal kamu, dah ya.” Kak Sam berjalan keluar dan menghiraukan
perkataanku
“Kakkk, tunggu!!!..”
teriaku berlari mengikutinya menuju wc
Tak sadar aku
mengikutinya sampai ke tempat dimana aku melihat dan di hantui oleh kuntilanak
itu. Betapa bodoh dan takutnya aku setelah kejadian tadi sehingga tidak mau di
tinggal sendirian. Dengan hal yang sekarang aku lakukan ini membuat aku jatuh
ke dalam lubang yang sama. Tidak ada sesuatu yang aku pikirkan selain
memikirkan dua kuntilanak tadi, sampai-sampai aku sempat berfikir untuk menamai
kuntilanak itu Sartiah dan Sarinah.
“Nah gitu dong temenin
aku hehe. Tunggu disini aja.” Cengir Kak Sam kegirangan dan menyuruhku untuk
menunggunya di bangku depan wc
“Mati deh, kenapa aku musti kesini lagi. Setelah hantu itu menggangguku dan pernyataanku yang tidak ingin menemaninya ke wc” gumamku dalam hati
Disini aku hanya
menunduk, sampai menunggu Kak Sam selesai. Tidak ada hal lain yang aku lakukan
selain itu. Tak lupa aku belajar dari pengalaman dengan memegang bungkusan
kecil pemberian Ayah, dengan erat di depanku.
“Dengan ini hantu apapun
juga nggak akan mendekat untuk menggangguku lagi.” Pikirku mantap dan tak sadar
kalau aku telah berbuat syirik dengan mempercayai azimat
10 menit aku menunggu
dan akhirnya Kak Sam keluar juga, kenapa Surti tidak mau menampakan diri lagi
padahal dalam hati aku sudah menunggunya untuk menujukan eksistensinya. Ah dangkal
sekali pikirku setelah kejadian dan ketakutanku ini, aku tak sabar untuk
menunggunya muncul lagi?. Dengan posisi yang sama sekali tak berubah aku
menunduk sembari berjalan menuju ke rumah.
“Nah kan nggak ada
apa-apa? Udah nggak usah cengeng gitu.” Ucap Kak Sam menenangkanku
“Iya.” Jawabku ketus
Aku ingat akan
perkataanku tadi yang seolah mempercayai keampuhan azimat, segera aku mengucap istighfar dan menyadari kesalahanku.
"Mungkin membaca beberapa ayat akan membuatku tenang." pikirku, lalu mengambil Al Qur'an saku yang memang selalu aku bawa kemana-mana tetapi baru aku ingat. Mungkin jin menggangguku bukan hanya dari wujudnya saja tetapi mengajakku selalu lalai untuk mengingatNya.
Setelah rasa kantuk yang mulai menghinggapiku, segera aku menutup Al Qur'an lalu bergegas
untuk tidur dan berharap mimpi indah setelah peristiwa yang menimpaku tadi. Aku
tahu itu egois tetapi dengan semua ketakutan itu tak salah kan aku meminta hal
sekecil ini. Setidaknya ketika menyantap makanan utama yang kurang enak,
selayaknya di tutup dengan desert yang lezat bukan? Hal itu untuk menutupi
kekurangan santap malam walaupun sedikit.
Bersambung
Bagikan
Januari dan Khayalan Nyata (Bagian 7)
4/
5
Oleh
Mrious
Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..