Januari dan Khayalan Nyata (Bagian 1) : Perjalanan ke rumah Kakek
Rumah Kakek memang jauh dari perkotaan, terakhir aku mengunjunginya
saat ketika ibu meninggal, aku dan kak Sam sementara tinggal
beberapa hari disana menunggu Bapak kembali untuk menjemput kami
pulang. Dari dulu aku tidak terlalu akrab dengan kakek karena beliau
terlihat aneh dan misterius dimataku. Nenek sudah dahulu meninggalkan
kakek, sekarang beliau hidup bersama Astri anak angkat beliau yang dulunya
menjadi korban penelantaraan oleh orang tua sebelumnya.
“Ayo siap-siap Jun, bangun !!! Nih, Kakak sudah dapet
kendaraan buat nganter kamu” Suara keras Kak Sam membuat aku
terbangun.
“Okey Kak,
udah bangun inih” Jawabku
lemas sambil mengumpulkan sisa-sisa kekuatan yang ada untuk bangun.
Jujur aku malas sekali untuk bangun pagi ini, aku tidak percaya besok
sudah mulai masuk ke sekolah baruku. Terlebih lagi aku akan
meninggalkan rumah ini yang telah laku dijual, kota tempat
kelahiranku dan juga Amin, Ani dan Rojak sahabat seperjuanganku, tak
lupa jauh-jauh hari aku memberitahu mereka kalau hari ini aku akan
berangkat dan meninggalkan kota ini untuk tinggal dirumah kakek.
Tidak lupa aku selalu berdoa usai solat, semoga selalu dimudahkan di
tempat yang aku tinggali nanti. Jam menunjukan pukul 8 pagi, tentu
semua keperluan sudah aku persiapkan hari sebelumnya. Setelah
berpamitan dengan teman, saudara, dan tetangga yang ada di desa.
Dengan perasaan yang masih belum ikhlas mobil ini perlahan melaju
meninggalkan setiap rumah yang tidak asing dimataku dan semakin
menjauh.
“ Kapan ya
kak , kita bisa balik lagi kesana hehe” Aku
tertawa lebar seakan-akan ikhlas.
“ Ah baru aja
berangkat Jun, jangan cengeng lah. Nanti juga lama-lama ikhlas,
namanya juga kehidupan men. Apa gara-gara gak bisa ketemu lagi sama
anaknya Pak Bambang haha” tertawa
irit sambil mendorong-dorong badanku dan sesekali melihatku dengan
wajah seriusnya untuk melihat ekspresiku.
“ Halah ,
ngga salah bilang tuh kak. Bukannya Kak Sam yang suka curi pandang
sama dia “ ejek ku.
“ Itu kan
dulu Jun, kayak ga tau kakak aja nih. Ambil aja dia buat kau haha,
yang penting jangan sampai ente pacaran, maksiat ente ” ujar Kak Sam seakan menggurui.
“ Haha, aku
masih kecil ga boleh mikirin itu dulu lah”
Jawabku serius sambil melihat keluar jendela tetapi dalam hati aku
tertawa.
SKIP...
3 jam waktu yang sudah ditempuh selama perjalanan, butuh beberapa jam
lagi untuk tiba dirumah kakek. Kami mencari Masjid atau Mushola terdekat untuk sholat dan beristirahat,
posisi kami sekarang berada disebuah desa yang terlihat sangat sepi. Sejauh mata memandang tidak ada orang lalu lalang dan kendaraan yang lewat, suasana pun
menjadi hening. Lega rasanya setelah melihat rombongan orang di pinggir jalan,
kami pun berhenti sejenak dengan maksud bertanya kepada mereka.
"Assalamu'alaikum, Maaf pak mengganggu sebentar. Mau tanya, di sekitar sini Masjid disebelah mana ya?" tanya Kak Sam sambil tersenyum ramah
"Waalaikumsalam dek, habis dari perjalanan jauh ya? Kalau Masjid dari sini tinggal jalan lurus saja sedikit sebelah sumur tua" jawab kakek tua yang memakai tudung tani.
"Tapi hati" ya mas, banyak belis(setan) di sek..." sahut anak muda yang mungkin seumuranku
"Huss , Jangan percaya sama dia dek, dia memang suka bercanda gitu" potong kakek tua itu
Sontak aku kaget dengan pernyataan anak muda itu. pikiranku mulai resah, antara percaya dan tidak percaya. Aku dan Kak Sam saling berpandangan. Mungkin halusinasi atau apa, entah kenapa aku mencium bau kemenyan saat kami berhenti dan aku mencurugai tas kresek yang dibawa oleh kakek tua itu. Lalu aku beranikan bertanya.
"Emang bener ya pak ? saya lihat tadi disekitar sini juga kayak tidak ada orang yang beraktifitas. Kayak desa mati saja. Dan itu apa yang sedang kakek bawa" tanyaku dengan agak sedikit emosi, karena merasa dipermainkan
"Eh ngomong apa kamu Jun, Sopan dikit kenapa " bisik Kak Sam.
"Terimakasih ya pak, dek. Kami mau lanjut dulu, maaf sudah mengganggu dan maafkan atas ketidak sopanan adek saya ini. Assalamualaikum" Ucap kak Sam lalu tancap gas dan meninggalkan rombongan orang tadi.
"Tapi hati" ya mas, banyak belis(setan) di sek..." sahut anak muda yang mungkin seumuranku
"Huss , Jangan percaya sama dia dek, dia memang suka bercanda gitu" potong kakek tua itu
Sontak aku kaget dengan pernyataan anak muda itu. pikiranku mulai resah, antara percaya dan tidak percaya. Aku dan Kak Sam saling berpandangan. Mungkin halusinasi atau apa, entah kenapa aku mencium bau kemenyan saat kami berhenti dan aku mencurugai tas kresek yang dibawa oleh kakek tua itu. Lalu aku beranikan bertanya.
"Emang bener ya pak ? saya lihat tadi disekitar sini juga kayak tidak ada orang yang beraktifitas. Kayak desa mati saja. Dan itu apa yang sedang kakek bawa" tanyaku dengan agak sedikit emosi, karena merasa dipermainkan
"Eh ngomong apa kamu Jun, Sopan dikit kenapa " bisik Kak Sam.
"Terimakasih ya pak, dek. Kami mau lanjut dulu, maaf sudah mengganggu dan maafkan atas ketidak sopanan adek saya ini. Assalamualaikum" Ucap kak Sam lalu tancap gas dan meninggalkan rombongan orang tadi.
Bagikan
Januari dan Khayalan Nyata (Bagian 1)
4/
5
Oleh
Mrious
1 comments:
Tulis commentsbikin penasaran aja sama ucapan anak muda yg bilang banyak setannya
Replyditunggu y part 2nya
Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..