Penantian Kelam

Ketika semuanya berakhir dengan datangnya langit orange sang senja tidak ada yang seharusnya aku takutkan, begitu pula dengan penantian yang kian hari kian berkarat tak ada kepastian. Berbisik kepada langit bahwa tidak seharusnya aku hiraukan tetapi apa daya aku takut akan penantian kelam..

Penantian Kelam

Penantian Kelam


Seuntai harapan aku limpahkan dipundakmu
Begitu pula dengan angan
Mereka akan membawamu pergi menjauh
Tak ku duga aku ikhlaskan itu
Kurasa...

Bergegaslah akan amanahku
Ambil langkah besarmu bukan egomu
Resapi harapan bersama anganku
Semangatmu tanda bukti keseriusan dan tekadmu
Kurasa..

Sia sia...
Lagi-lagi kau hiraukan itu
Memang aku tak pantas berharap kepadamu
Betapa entengnya keputusanku
Seakan di dunia, kau selayaknya yang paling pantas menerima itu

Egomu menang? Apakah kau bangga? Selayaknya begitu,,
Namun beban harapanku masih ada di pundakmu
Senangkah..? atau Merugikah..?
Berdosa memang tak ada kata yang lebih pantas dari itu
Sekarang kau bebas tapi tetap terikat

Seluruh waktuku, harapanku, anganku memang lepas darimu
Tapi tak kusangka betapa keparatnya kau
Masih tega membiarkan itu tersimpan di benakku
Setidaknya jangan biarkan aku menunggumu sepi dengan harapanku
Dimana akhirnya menjadi sebuah penantian kelam..


Karya : Mushanif Ramdany,
Purwokerto

Bagikan

Jangan lewatkan

Penantian Kelam
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Tertarik mengikuti Catatan Senja dan artikel tentang tips menulis, ngoblog, dan sastra terbaru? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

1 comments:

Tulis comments
avatar
7 November 2016 at 15:22

kereeeeen bangeet,nyentuh banget puisinya.. Ajiiib! ���� Lanjutkan ����

Reply

Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..