Senja dalam Setia (Bagian 1)

Senja dalam Setia (Bagian 1)

Senja itu indah. Dimana kita dapat melihat pergantian waktu dari terang menuju gelap. Dengan warna jingga yang membingkai diantara matahari yang kian lama kian menghilang diufuk Barat.

“Ai, kau tau Dimas? Anak yang sering main basket kalo lagi istirahat,” gadis bernama Dinda itu segera duduk disebelah kursi milik Aini. Sahabat sekaligus teman sebangkunya. Aini menoleh, menampakkan ekspresi seperti orang sedang mengingat.

“Ah dia, kakak kelas kita?” jawabnya “Memangnya kenapa? Tumben sekali menyinggung soal Kak Dimas? Hayooo kau suka dengannya ya??” goda Aini sambil tersenyum

“Hei siapa juga yang menyukainya? Dia menyukaimu” elak Dinda yang malah menimpakan godaan itu pada Aini. Aini tertawa renyah sambil mencubit lengan sahabatnya itu gemas.

“Kau ini. Jangan bercanda,”

“Aku tidak bercanda. Tadi aku melihat Kak Dimas sama Kak Faris mengobrol tentangmu diperpus,"

“Kau menguping? Woww sejak kapan seorang Dinda senang menguping pembicaraan orang? Kau memang kurker. Sudah ah, aku mau pinjem buku matematika diperpus.” Aini beranjak dari kursinya.

“Hey mau kemana Ai. Aku belum selesai.” Dinda mengikuti Aini dari belakang. Berlari untuk mensejajarkan langkahnya dengan langkah sahabatnya itu. Ia lantas merangkul pundak Aini.

“Aku tau kau menghindar. Ciee Aini ... aku tidak menyangka orang sekece dan setampan Kak Dimas bisa menyukaimu,” ujar Dinda senang yang malah membuat langkah kaki Aini terhenti.

“Jangan mengobral rumor yang belum pasti. Lagipula aku juga tidak tertarik dengan itu.”

“Serius? Yakin? Kenapa aku malah melihat kupu-kupu berterbangan dihatimu ya?” seketika Aini mendaratkan pukulannya pada lengan Dinda kesal. Sedangkan sang empu malah tertawa menanggapinya.

“Memangnya kau punya mata dihati? Dasar.” Aini berjalan cepat meninggalkan Dinda. Ia kesal, padahal setiap hari kelakuan Dinda selalu seperti itu.

“Tunggu Ai. Walau tiap hari aku sering menggodamu dan menjahilimu atau bersikap aneh dan menyebalkan, tapi untuk kali ini aku serius. Ayolah Aini Az Zahra, dengarkan aku sebentar saja,” pinta Dinda yang sedari tadi masih menguntit Aini.

“Oke oke aku percaya Dinda Rahma Zulfa.. Aku percaya jadi jangan bicara lagi. Sebentar lagi bel akan masuk,” balas Aini yang hanya mendapat poutan bibir sebal dari Dinda.

Mereka memang selalu seperti itu. Dinda yang sering bercanda, dia yang suka mengatakan sesuatu yang terkadang membuat ‘baper’ tapi ternyata itu bohong, Dinda yang kocak dan terkadang sangat menyebalkan. Dia bisa membuat seseorang melayang hingga kelangit tujuh lalu seketika dihempaskan begitu saja.Tapi ia merupakan sahabat terbaik. Dia apa adanya dan sosok yang sangat pemberani sekaligus ambisius. Sangat menghargai apa itu sahabat. Sedangkan Aini, gadis berjilbab yang dikenal pintar. Ia selalu ranking satu dikelasnya. Gadis yang ramah, bijaksana, dan ia sangat menyukai senja. Katanya senja itu indah. Ia pernah membaca filosofi tentang senja. Dimana senja merupakan waktu teduh, waktu peristirahatan, dan waktu penantian yang berujung.

“Ai, kau mau tau tidak?” Dinda menawarkan sebuah pertanyaan untuk Aini.

“Tidak jika kau mau membahas tentang Kak Dimas. Sudah jangan bicara terus, bawa semua buku-buku ini. Hati-hati jangan sampai jatuh.” Aini menaruh jatah buku paket yang dibawanya diatas tangan Dinda yang pada waktu itu juga masih membawa setumpuk buku matematika yang lumayan banyak. Aini tertawa girang ketika melihat tubuh Dinda tidak dapat berjalan imbang karena beban ini. Bahkan wajahnyapun tidak terlihat akibat tertutup tumpukan buku yang dibawanya.

“Kau tega sekali Ai. Menyebalkan,” kesalnya

“Tidak-tidak. Aku tidak setega itu DinDong. Sini tak bawakan,” ujarnya dengan senyum yang dibuat sok manis. Aini lantas mengambil kembali jatah bukunya tadi.

“Jangan memanggilku DinDong. Jelek sekali.” Dinda merasa tidak terima dengan panggilan itu.

“Kenapa? Itu panggilan sayangku padamu lho,” balas Aini terkikik

“Aini” Kedua gadis itu lantas menoleh ketika ada seseorang yang memanggil dari arah belakang, dan DEG! ...


Selanjutnya : Senja dalam Setia Bagian 2

Bagikan

Jangan lewatkan

Senja dalam Setia (Bagian 1)
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Tertarik mengikuti Catatan Senja dan artikel tentang tips menulis, ngoblog, dan sastra terbaru? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..