Memang dari dulu Kak Sam dan Kakek sangat akrab, tetapi
tidak denganku karena aku menganggap beliau menyeramkan dan misterius. Dulu
Kakek menganggap aku punya bakat terpendam dan akan muncul suatu saat nanti.
Beliau juga menceritakan hal-hal ghaib saat bersamaku padahal waktu itu aku
masih kecil, jadi aku anggap semua itu adalah sebuah dongeng yang diceritakan
oleh kakek. Mungkin sekarang saat yang tepat untuk mencoba akrab dan bicara
dengan beliau.
“Jadi bagaimana tadi perjalanannya lancar kan?” Tanya Kakek
“Iya ada sedikit masalah si kek, tapi Alhamdulillah
lancar sampai tiba disini” Jawab kak Sam
“Kakek udah dengar semuanya dari Ayah kalian, jadi
semoga kalian betah dan senang tinggal di rumah kakek. Kakek juga senang karena
sekarang rumah kakek jadi rame.” Jawab Kakek
“Iya Kek mohon bimbingannya terutama buat Jun ya,
soalnya Sam besok udah harus balik jadi nggak ikut tinggal di sini kek. Selasa
udah berangkat kerja kek” Jawab Kak Sam
“Emang ngga bisa kerja di sini aja, bantuin kakek?" Tanya
kakek.
“Sam pengin cari pengalaman hidup di kota kek, jadi
jangan paksa Sam” Jawab Kak Sam dengan mantap
“Oh ya sudah jaga dirimu nak disana hati-hati dengan
pergaulan bebas. Selalu ingat Allah di setiap perbuatanmu” Nasehat Kakek
Kumandang adzan Maghrib menjadi pertanda akhir dari percakapan
kami dengan kakek. Segera kami pergi ke Surau/Masjid untuk melaksanakan sholat
Maghrib berjamaah. Di kampung ini kakek bisa di bilang sebagai tokoh
masyarakat dan pemuka agama disini, jadi
tak heran ayah sangat tegas dalam mendidik kami dengan ilmu agamanya.Tidak
banyak kepala keluarga yang tinggal di desa ini mungkin bisa di hitung dengan
jari saja dengan jarak rumah satu dan yang lainnya berjauhan seakan di batasi oleh hutan yang ada di kanan dan kiri rumah mereka .Uniknya di setiap rumah di pasang obor depan rumahnya masing-masing,
seakan tidak ada aliran listrik yang mengalir sampai di desa ini. Walaupun
sebagian besar jalan di sini belum di aspal tetapi akses jalan menuju desa ini
cukup mudah. Itulah sekilas tentang kakek dan desa yang akan aku tinggali ini.
Bersama Kakek, Kak Sam, dan Astri kami berjalan menuju
masjid yang kiranya hanya 200 meter dari rumah. Mengingat desa ini terletak di
pegunungan hawa disini sudah terasa cukup dingin bagiku walaupun hari belum
menginjak petang. Di perjalanan kami berbincang ria dan sesekali bercanda untuk
memecah suasana, tetapi tidak berlangsung lama. Tiba-tiba aku merasakan hawa
dingin yang tidak biasa setelah melewati batu besar di samping jalan. Aku juga
merasakan perasaaan yang sama ketika melihat wujud Kakek di sumur tadi.
“Kok tiba-tiba aku merinding ya?” tanyaku heran
“Ah perasaan kamu aja kali Jun, semenjak dari masjid itu
kamu jadi agak baperan ya? Haha.” Jawab Kak Sam meledek
“Iya nih Kak Jun, bercandanya jelek lah. Maghrib gini
jangan nakut-nakutin ah.” Balas Astri dengan mata melotot ke arahku
“Hehe maaf mungkin cuman perasaanku saja” jawabku
nyengir
Sementara itu aku lihat kakek hanya diam dan terus berjalan
kedepan, tidak mengindahkan apa yang kami bicarakan barusan, mungkin kakek tahu
sesuatu tapi menutupinya dari kami. Akhirnya kami sampai di Masjid lalu
bergegas untuk sholat. Setelah sholat, dzikir dan berdoa kami pun tidak
langsung pulang karena waktu sholat Isya akan datang . Iseng aku keluar dan
berjalan jalan di sekitar masjid dengan maksud menghilangkan rasa bosan sembari
menunggu Adzan Isya berkumandang.
“Hey kau kah itu Jun?” Seseorang di rumah seberang
masjid menyebut namaku
“Ya saya sendiri?” Jawabku dan berjalan menghampirinya.
Di balik remang – remang nyala obor, terlihat seorang
anak muda berambut kriting, perawakan tinggi putih yang sangat tidak asing di
mataku. Karena rambut uniknya aku sapa dia kiwil saat dulu masih bermain
dengannya.
“Ini aku Ali teman lama kau dulu pas tinggal disini.”
Sahut dia sambil terseyum
“Eh ternyata kamu wil, tambah keriwil aja makin kesini.”
Ledekku
“Ah masih, pake sebutan itu aja haha. Bagaimana kabar
loe? Ngomong-ngomong katanya kamu sekolah di SMK Bersatu ya?” tanya Ali
“Haha iya li maaf, baik. Iya lho kok loe tahu ?” jawabku
heran
“Kalem aja kali Jun, kata Astri kemarin pas ketemu. Wah
berarti kita satu sekolah dong. Oke kita ntar berangkatnya bareng ya? ” ajak
Ali
“Owalah, oke boleh lah sip.” jawabku
Akhirnya kami ngobrol tentang kekonyolan dan kenakalan
yang pernah kami lakukan dulu. Tak terasa sudah beberapa menit dan sudah
menginjak waktu adzan. Kami pun bergegas menuju ke Masjid untuk berwudhu dan
selanjutnya menghadap kepadaNya. Sebelum pulang aku bercerita dengan Ali
tentang batu besar itu dan tanpa ragu Ali membenarkan tentang apa yang aku
ceritakan, bahwa memang disana ada penuggunya yang konon menyerupai sosok
bayangan tinggi besar. Ali juga bercerita kalau jin itu termasuk jin kuat di
desa ini. Dengan perasaan ngeri-ngeri sedap aku berjalan pulang bersama Kak
Sam, dan Astri. Kakek tidak ikut pulang dengan kami katanya ada keperluan
sebentar dengan Pak RT. Astri dan Kak Sam nampak asik berbincang-bincang
sementara aku hanya diam dan waspada sambil mengawasi sekitar
"Ooy. kenapa lu diem aja Jun? kesambet tahu rasa lho." tanya Kak Sam
"Eh ngga juga kok cuman..."
Pletok...Pletok.... suara itu menghentikan percakapan kami. Bisa di
pastikan kalau suara itu adalah suara batu yang dilempar. Lantas kami pun
berhenti sejenak dan saling memandang satu sama lain, lalu mencari sumber bunyi
tersebut alhasil tidak ada apa-apa yang kami temukan karena kanan dan kiri kami
hutan.Wussh Angin bertiup kencang seakan menghidupkan pohon-pohon di sekitar
tetapi anehnya angin itu tidak terasa sampai kulitku. Akan tetapi hawa dingin
itu kembali menghinggapiku tetapi sekarang bukan hanya aku yang merasakannya
tetapi Kak Sam dan Astri juga. Bulu kuduk ku merinding ketika aku sadar bahwa
kami berada beberapa langkah saja dekat batu besar itu .Dengan perasaan campur
aduk aku mengambil langkah lebar dan lari sekencang-kencangnya . Huh lega
rasanya ketika sampai di rumah, seketika aku tersadar telah meninggalkan Kak
Sam dan Astri di belakang.
"Aduh bodohnya aku, kenapa aku tinggalin mereka sedangkan aku
tidak pegang kunci rumahnya." gumamku dalam hati
"Sial mana disini gelap banget lagi." celetukku keras
Aku mencari kunci cadangan yang mungkin kakek sembunyikan di bawah atau
di atas pintu, sayangnya tidak ada kunci cadangan dimanapun. Lalu aku iseng
mengintip ke dalam rumah bermaksud untuk mencarinya di dalam rumah,
tiba-tiba....
Next >>> Januari dan Khayalan Nyata Bagian 6
Bagikan
Januari dan Khayalan Nyata (Bagian 5)
4/
5
Oleh
Mrious
Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..