Aku mencari kunci
cadangan yang mungkin kakek sembunyikan di bawah atau di atas pintu, sayangnya
tidak ada kunci cadangan dimanapun. Lalu aku iseng mengintip ke dalam rumah
bermaksud untuk mencarinya di dalam rumah, apadaya tiba-tiba kursi yang aku
naiki goyang dan membuatku jatuh.
Gubrraakkk....
“Argh, astaghfirullah
lagian ngapain juga aku cari di dalam. Kalau ada juga aku nggak akan bisa masuk
ke dalam.” Erangku kesakitan dan menyadari betapa bodohnya diriku.
Alhasil kakiku terkilir
karena menjadi korban kebodohanku, sementara aku memijat kakiku yang terkilir.
Terdengar beberapa kali suara anak kecil yang seperti memanggil namaku, suara
itu terasa sangat dekat walaupun lirih.
“Jun..Jun ayo main...
Deg jantungku berdegup
kencang, bulu kudukku berdiri. Aku tengok kanan kiri dan ternyata tidak ada
orang. Suara itu jelas di telingaku, aku duga sumber suara itu berasal dari
samping rumah kakek yang notabenne rumah kosong. Tanpa berfikir lalu aku menutup
telinga dan kedua mataku agar tidak melihat dan mendengar sesuatu yang aneh
atau menakutkan..
“Hi hi hi hi.....
“Astaghfirullah emak, suara apa lagi itu. nggak ada kerjaan kali ya
malam-malam setan gangguin orang.” gumamku dalam hati
Kali ini suara itu
semakin dekat dan nyaring seperti suara kuntilanak yang tertawa di telinga
kanan ku.. Perlahan aku beranikan membuka mata dan berharap tidak ada
penampakan lagi di hadapanku. Sedikit demi sedikit mata ini mulai menganalisa
sekitar dan....
“Baa, hahahaha.” Kak Sam dan Astri kompak mengagetkanku
“Astaghfirullah,
setaaaaaaaaaaan.” teriakku kaget lalu menyadari kalau aku sedang di jaili oleh
duo kompak ini..
Mereka tertawa terbahak-bahak
seakan puas dengan reaksiku yang memalukan itu. Di sisi lain aku merasa lega
karena mereka berdua yang aku dapati/lihat bukan kuntilanak atau bocah kurang
kerjaan yang mengajak aku main malam-malam begini.
“Jadi kalian juga yang
iseng di perjalanan tadi, ngelemparin batu ke pepohonan.” tanyaku kesal
“Hehe maaf ya Kak Jun
jadi kami tadi minta bantuan Ali, dia yang nglemparin batu ke pepohonan dan ke
kita.” Jawab Astri yang masih terlihat menahan tawa dengan tangan mungilnya.
“Iyaa Jun maaf ya, kami cuman
iseng aja. Lagian kamu tadi pas maghrib nakutin kami si jadi kena batunya.”
Ujar Kak Sam dengan wajah puasnya
“Orang tadi aku nggak
bohong kok, pas pulangnya juga aku merasakan hawa yang sama pula. Jangan-jangan
suara anak kecil ngajak main dan kuntilanak Kak Sam juga?” tanyaku penasaran
“Yang merinding tadi juga
kami bohong Jun, kami emang nggak ngerasain apa-apa. Nggak orang tadi kami
cuman ngagetin kamu. Lagian lucu macam ada gempa aja nutup mata sama telinga.
Ya kan As ? ” tanya Kak Sam
“Iya bener, terakhir
kami cuman ngagetin kamu aja kok. Orang kita baru aja sampai.” Jawab Astri
dengan polosnya
“Lah yang tadi suara
siapa apa dong?” tanyaku heran dan hilang rasa legaku ketika mendengar
pernyataan Kak Sam dan Astri.
“Udah nta aja ceritanya,
kita masuk aja dulu.” ajak Kak Sam
Aku di bantu Kak Sam dan
Astri bangun lalu masuk ke dalam rumah. Lalu kami berjalan menuju meja makan
untuk makan malam. Sembari makan aku menceritakan kejadian tadi dengan Kak Sam
dan Astri. Kak Sam hanya mengangguk dan serius mendengarkan setiap kata yang
aku ucapkan tetapi beda dengan Astri yang seakan kejadian tersebut sudah biasa
ia alami.
“Sepertinya kamu sudah
biasa ya As?” tanyaku penasaran
“Iya dengan wajah
setenang itu pasti kamu tahu sesuatu kan?” tanya Kak Sam juga
Tok tok tok.... Terdengar suara
pintu diketuk..
“Ah nggak usah di
pikirin. Nah itu Kakek sudah pulang, mending kalian tidur saja dulu. Besok kan
Kak Sam mau pulang dan Jun berangkat ke sekolah baru jadi nggak boleh
terlambat.” jawab Astri mengalihkan topik
“Oh iya benar juga kamu
As, oke kami akan pergi tidur.” Jawab Kak Sam lalu menarikku masuk ke dalam
kamar.
“Ehh, tapi kak...”
Aku sangat tidak puas
dengan jawaban Astri tadi, namun sepertinya ada benarnya juga kata-katanya
tadi. Lagi pula aku akan tinggal disini jadi masih banyak waktu untuk
menanyakan soal itu padanya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 tetapi aku belum
bisa tidur juga, sedangkan Kak Sam sudah tidur pulas. Sekilas tentang deskripsi
kamar yang sekarang aku tempati memilliki dua jendela yang satu menghadap ke
hutan dan satunya depan rumah, tidak ada tempat tidur melainkan kasur yang di
letakan di lantai . Ngerinya ada lukisan orang tua memakai pakaian khas tempo
penjajahan belanda dulu dengan bercak darah di tubuhnya.
“Kak bangun kak aku
pengin buang air nih, temenin dong.” Posisi sedang berusaha membangunkan Kak
Sam
“Ah, kamu kan udah gede
sana belajar mandiri kan bisa.” Jawab Kak Sam malas lalu lanjut tidur lagi
“Awas nanti kalau minta
di temani ke belakang, bakalan aku biarin ente Kak Sam.” Gumamku dalam hati.
Dengan mengumpulkan
sisa-sisa keberanianku yang tercecer, lalu aku berdiri dan mencari bungkusan
kecil yang ayah berikan dulu. Mungkin ini bisa berguna nanti pikirku, entah
kenapa aku juga membawa senter padahal di wc sudah ada lampu untuk penerangan.
Aku melewati ruang makan dan selanjutnya gudang misterius yang ingin sekali aku
ketahui isinya. Sunyinya malam dan suara jangkrik yang saling beradu sangat
khas terdengar, mengingat letak wc yang berada di luar rumah membuatku merasa
takut dan ragu-ragu ketika akan membuka pintu untuk keluar.
“Ah dari pada di tahan
nanti malah jadi penyakit.” Pikirku
Krekk Krekk suara pintu
yang terbuka memecah kesunyian, aku langsung lari menuju wc yang terbuka.
Beberapa menit kemudian aku keluar dengan perasaan lega karena tidak ada
sesuatu yang menakutkan terjadi lagi. Lalu aku iseng memainkan senter dengan
menyorot pohon beringin di samping rumah kakek,
“Ku ku Kuntilanak.....”
teriakku gagap dan seolah tidak percaya
Aku sangat terkejut
ketika melihat wanita berjubah putih dengan rambut panjang terurai sedang duduk
di dahan pohon. Ketika aku berbalik dan bermaksud untuk masuk ke dalam.
Tiba-tiba lampu di halaman dan wc mati. Pintu juga tidak dapat di buka seolah
ada orang yang menguncinya dari dalam. Aku tidak bisa melihat apapun, selain
mendengar suara kuntilanak itu yang menggema di telingaku. Lampu senterku terus
menyala dan mati dengan sendirinya, posisiku sekarang sedang berusaha membuka
pintu berharap pintu terbuka dan aku langsung lari kedalam. Aku sangat takut, tubuhku
terasa lemas, dan rasanya seperti pasrah saja. Ketika aku berbalik badan dan
baa....
Bagikan
Januari dan Khayalan Nyata (Bagian 6)
4/
5
Oleh
Mrious
Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..