Diam itu, Lebih Tulus
Aku mengerjapkan mata sekali, mengambil ponsel yang sengaja aku letakkan disamping bantal yang kini aku gunakan. Sudah jam setengah empat pagi rupanya. Bangkit dari kasur, aku ke belakang untuk mengambil air wudhu. Menunaikan shalat sunah yang sangat dianjurkan oleh nabi, shalat tahajud.
Berkumur, membasuh lubang hidung, membasuh muka,
hingga yang paling terakhir membasuh kaki sampai mata kaki telah aku
selesaikan. Aku lantas berdo’a.
Aku menggelar sajadah biru diatas lantai kamarku,
memakai mukena putih pemberian ibu kemarin, lantas segera menunaikan ibadah
shalat tahajud pada sepertiga malam ini.
Jujur, berdo’a yang paling khusyuk adalah do’a
ketika kita selesai shalat tahajud. Kenapa? Karena pada waktu itu kita merasa
lebih dekat dengan Nya, lebih sunyi, dan lebih damai tentu saja. Dunia serasa
milik berdua. Kita bisa sesuka hati mengadu dan meminta apa yang terjadi dan
yang kita inginkan pada sang khaliq.
Aku tidak tahu ini sudah tahun keberapa doaku masih
sama untuk dia yang jauh disana. Seseorang yang aku kagumi semenjak empat tahun
lalu, seseorang yang berhasil mencuri seluruh perhatianku, seseorang yang
selalu aku doakan diam-diam, dan seseorang yang selalu aku minta pada Nya untuk
dijadikan sebagai tulang rusukku kelak.
Mungkin ini terlihat berlebihan, tapi memang
begitulah kenyataannya. Aku bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta, sekali aku
jatuh cinta, aku bisa menjadi sangat setia.
_Jika
Allah tidak menjodohkanmu dengan seseorang yang sering kau sebut dalam doamu,
mungkin Allah akan menjodohkanmu dengan seseorang yang diam-diam sering
menyebutmu dalam doanya. Dan sungguh, bicara tentang lawan jenis itu sangat
menarik, namun mencintai dalam diam itu lebih tulus_
Itulah sebuah paragraf yang pernah aku baca. Aku
sadar, jodoh itu sudah digariskan olehNya. Tapi, biarlah aku selalu berdo’a
demikian. Jika seandainya Allah memiliki takdirku dan takdirnya sendiri, aku
tidak apa. Merasakan pernah mencintainya seperti ini, membuatku cukup bahagia.
Terlebih, dia seseorang yang selalu membuatku ingin menjadi hamba yang lebih
bertaqwa lagi.
Teruntuk dirimu yang berada dibelahan dunia manapun,
Aku masih setia menunggumu disini.
Dengan penantian dalam diam yang tulus.
Selalu ku sebut kau, dalam setiap do’a yang kupanjatkan.
Aku mengusap wajah sekali, menutup doa dengan kata
Amin. Mengambil Al-Quran, aku mengisi waktu setengah jam menuju subuh dengan
membaca surat Ar-Rahman disusul dengan surat Al-Waqiah.
End_
Nina Fitriani
Bagikan
Diam itu, Lebih Tulus
4/
5
Oleh
Nina Fitriani
Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan demi kemajuan blog kami..